Konflik dan kecarutmarutan sosial yang berkembang di negeri ini dapat mengancam konsensus yang telah diikrarkan dan masih diakui: satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Permasalahan yang berkembang juga mencabik dasar-dasar kehidupan bersama yang diagungkan: kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan. Kenyataan ini menunjukkan kepicikan kita dalam mengelola hidup bersama. Indonesia yang memiliki ragam dan kekayaan budaya yang sangat banyak seharusnya dapat mengembangkan kearifan yang tinggi. Indonesia yang juga memiliki sumberdaya melimpah seharusnya
tidak menjadi negara yang masuk dalam kategori miskin, tidak aman, korupsi, pelanggar HAM dan memiliki ketidakpastian hukum tinggi, serta ‘perlu dihindari’.Lalu, kerusakan di negeri ini nyaris sempurna. Karenanya, tidak salah bila ada orang yang apatis, tidak lagi ingin mendengar dan melihat apa yang sedang terjadi. Pada sisi lain, banyak pula orang masih menikmatinya, menunggu-nunggu munculnya kejelekan lainnya, siap terlibat dalam perkara kejelekan itu, atau menjadi pengobarnya. Ada juga yang optimis dengan keadaan bangsa ini setelah melakukan analisis secara terpercaya.
Saat negeri ini belum bisa lepas dari berbagai masalah kebangsaan, tantangan dan ancaman lain datang dengan sangat deras, yaitu bencana alam datang silih berganti. Pada sisi lain zaman pasar bebas sudah dimulai dan akan terus membesar serta menyeret Indonesia dengan berbagai ideologi dan kepentingan yang tidak sejalan dengan kepentingan negeri ini. Ada kekuatan yang mengarah dan berupaya untuk menginjak kehidupan yang selama ini ada dan dengan bersusah payah dibangun di negeri ini bila tidak ada upaya yang cerdas dan bijak menghadapinya. Upaya ini adalah bagian dari berbagai potensi yang ada, khususnya keragaman sosial dan budaya, di samping sumber daya alam yang masih tersisa.
Salah satu hal yang menarik adalah perubahan pada tingkat kelompok, komunitas atau masyarakat dari satu pola ke pola lainnya. Hal lain yang tidak kalah menariknya adalah ketidakkonsistenan dan ketidakseragaman pola yang dianut pada level yang berbeda. Maksudnya, seseorang bisa saja masuk dalam suatu kelompok tertentu tetapi pada waktu yang bersamaan dia juga menjadi anggota kelompok yang lain lagi yang polanya secara langsung. Dilihat dari sisi individu, dalam menjalankan aplikasina memang lebih besar. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang bersatu dan merupakan himpunan dari berbagai potensi. Artinya, aneka potensi yang kuat. Untuk mencapai sinergi ini, pemerintah perlu mengembangkan model Kerja sama antar kelompok (SARA) yang utuh. Persoalannya, berbagai potensi yang ada dan tentunya berbeda-beda, justru sering dianggap sebagai hambatan tanpa melihat sisi positif dari orang lain.
Salah satu asumsi yang digunakan untuk menjelaskan ketunggalikaan adalah dari sisi tidak mendiskriminasi segala sesuatu. Ketika hal ini terjadi maka jurang Pemisah hilang yang berarti pula terdapat kecairan hubungan yang identik dengan kesatuan dan persatuan yang kukuh.
PersonaL Info
Label
- Bahasa Indonesia (6)
- Etika dan Profesionalisme TSI (17)
- IBD (10)
- ISD (20)
- Teori Organisasi Umum (2)
- Tulisan (13)
Arsip Blog
-
▼
2009
(20)
-
▼
Desember
(20)
- Harga yang Harus Kita Bayar
- New Virus .... WARNING . .!!!!!
- Menaklukan Diri Sendiri
- Empati dan Arti Sebuah Senyum
- Nilai Seikat Kembang
- Belajar Menghargai Pengorbanan
- Kisah 2 Ekor Kodok
- Menghargai Hidup
- Merubah Cara Pandang di dalam diri sendiri
- Antara Suka, Sayang dan Cinta…
- Penerapan Kebijakan Pelayanan Masyarakat Umum
- Contoh Kekerasan Ham Saat Massa Orde Baru
- Perubahan Sosial Masyarakat
- Pengaruh Media Terhadap Perubahan Sosial
- Peran Sosial Entrepreneurship Dalam Pembangunan
- Falsafah Dalam Bidang Sosial
- Dampak Program Pemukiman TertinggaL Terhadap Kehid...
- IdeoLogi DidaLam Masyarakat
- Sifat Majemuk Bangsa Indonesia
- Konflik Sosial
-
▼
Desember
(20)
Selasa, 15 Desember 2009
Posted in |
ISD
|
0 Comments »
One Responses to "IdeoLogi DidaLam Masyarakat"